Artikel

Rumah Belajar

Post Page Advertisement [Top]

Magnet Alami Burung Merpati

 

Pernahkah Sahabat mengamati burung yang melakukan migrasi?

Burung-burung tersebut mempunyai kemampuan untuk kembali ke tempat asalnya. Fenomena ini memunculkan dugaan adanya magnet alami dalam tubuh burung sehingga mereka mempunyai kemampuan ekolokasi untuk dapat kembali ke tempat dimana mereka tinggal.

Asumsi sebelumnya, sistem navigasi burung ada karena di dalam tubuh burung terdapat magnet yang dapat digunakan sebagai kompas. Kompas ini diduga membantu burung agar tidak tersasar ketika melakukan migrasi.

 

Materi Medan Magnet: Rumus, Contoh Soal dan Penjelasannya ...
Medan magnet


Namun, teori tersebut sedang diperbarui. Dilansir dari Science Alert, Sabtu (01/09/2018), para ilmuwan berkata bahwa pada mata burung terdapat protein yang memberi mereka kemampuan untuk melihat medan magnetik Bumi. Protein mata ini disebut Cry4, yang merupakan bagian dari kelas protein yang disebut cryptochromes. Crytochromes sendiri adalah fotoreseptor yang sensitif terhadap cahaya biru, yang ditemukan pada tumbuhan dan hewan. Namun, ada juga bukti dalam beberapa tahun terakhir yang mengatakan bahwa pada burung, cryptochromes di mata mereka membuat mereka mampu untuk menyesuaikan diri dengan mendeteksi medan magnetik, yang disebut magnetoreception.

Migrasi Burung: Aktivitas Rutin Yang Terancam - Kompasiana.com
migrasi burung


Dalam bermigrasi,  Burung menggerakkan kepalanya untuk mendeteksi arah medan magnet. Pada penelitian yang dilakukan di sistem saraf  burung menunjukkan bahwa burung dapat "melihat" medan magnet. Mata kanan burung migran mengandung protein fotorereseptiv yang disebut criptocrom. Cahaya merangsang molekul-molekul yang ada di dalam criptocrom untuk menghasilkan elektron bebas yang berinteraksi dengan medan magnet bumi, sehingga memberikan informasi tentang arah.

Lalu bagaimana dengan kemampuan ekolokasi Burung Merpati?

Untuk melakukan penelitian tentang kemampuan ekolokasi merpati pada medan magnet, beberapa peneliti memilih menggunakan kumparan  magnet

Cordula Mora, pakar biologi di Universitas North Carolina di Chapel Hill, dan rekan-rekan kerjanya menempatkan sejumlah merpati di sebuah terowongan yang terbuat dari kayu. Ketika kumparan magnetik di permukaan luar terowongan tersebut dinyalakan, medan magnet dengan kekuatan paling besar terbentuk di bagian tengah di dalam terowongan tersebut. Mora melatih empat ekor merpati agar terbang ke arah salah satu ujung terowongan ketika medan magnet di dalam terowongan dalam keadaan tak terusik, dan ke arah ujung lainnya ketika kumparan magnetik dinyalakan. Selanjutnya, kemampuan merpati mengenali medan magnet tersebut pun diukur. Merpati-merpati ini terbang ke arah yang tepat dengan tingkat keberhasilan 55% hingga 65% dari 24 kali percobaan yang dilakukan untuk tujuan tersebut.(scienceAllert)

Cordula Mora juga melakukan percobaan dengan menempelkan magnet kecil pada paruh tiap-tiap burung dengan maksud melemahkan kemampuannya dalam mengenali medan magnet. Hasilnya, terjadi penurunan pada kemampuan mengindra medan magnet. Tingkat keberhasilannya menurun hingga di bawah 50%. Akan tetapi, kemudian sang burung mampu mengatasi gangguan yang diakibatkan oleh magnet tersebut, dan seiring dengan hal itu, teramati bahwa tingkat keberhasilan ini meningkat kembali.

Dengan demikian jika sebuah Magnet Neobdynium (magnet tetap yang mempunyai kemampuan sangat kuat) ditempatkan pada kandang merpati  ada kemungkinan merpati tersebut tetap kembali ke sarangnya, Seperti halnya penelitian yang telah dilakukan oleh Cordula mora.

Luar Biasa bukan? Tuhan telah menciptakan setiap makhluk dengan keunikannya masing-masing. Termasuk Butung merpati yang memiliki magnet alami dalam tubuhnya. Kita patut menghargai dan mensyukuri nikmat tersebut.

 
Nah sahabat untuk mengetahui lebih jauh tentang medan magnet, sahabat dapat mengunjungi portal Rumah Belajar di http://belajar.kemdikbud.go.id/

Apa Itu Portal Rumah Belajar?

Portal pembelajaran yang menyediakan bahan belajar serta fasilitas komunikasi yang mendukung interaksi antar komunitas. Rumah Belajar hadir sebagai bentuk inovasi pembelajaran di era industri 4.0 yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) sederajat. Dengan menggunakan Rumah Belajar, kita dapat belajar di mana saja, kapan saja dengan siapa saja. Seluruh konten yang ada di Rumah Belajar dapat diakses dan dimanfaatkan secara gratis.




Sumber Referensi:    ScienceAllert
                                    kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]